Anak Indonesia Ayo Biasakan Sarapan
(Sarapan Itu Penting, Sehat Gak Harus Mahal)
Secara nasional kualitas kesehatan dan perilaku makan pada anak sekolah dasar ternyata masih sangat rendah. Hasil analisis data Riskesdas (2007) menunjukkan rata-rata status gizi kurus (IMT< 2SD) pada anak usia sekolah (6-14 tahun) adalah 13,3% laki-laki dan 10,9% perempuan. Defisiensi zat gizi mikro yang ditunjukkan oleh prevalensi anemia pada anak-anak (5-14 tahun) sebesar 9,4%. Prevalensi stunted (kerdil) pada anak sekolah di Asia Tenggara termasuk Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan negara lainnya.
Sebagai salah satu dari isi Pesan Gizi Seimbang, ternyata kualitas sarapan anak Indonesia juga masih rendah. Hasil RISKESDAS 2010 menunjukkan bahwa kontribusi energi dan zat gizi lain yang berasal dari sarapan pada anak Indonesia (6 – 12) tahun masih rendah (< 25% AKG). Rendahnya kontribusi energi dan zat gizi dari sarapan pada anak, disebabkan karena rendahnya kualitas menu sarapan. Hanya 11,9% anak yang sarapan dengan ragam jenis pangan yang cukup lengkap/beragam, dan bahkan 1,2% anak hanya minum air putih saja di pagi hari. Survey yang terserak dari berbagai daerah di Indonesia menunjukkan hal yang sama, dimana sarapan bagi sebagian anak merupakan kegiatan yang tidak menggairahkan. Rata-rata hanya 50% siswa yang punya kebiasaan sarapan, sebelum berangkat ke sekolah (Hardinsyah, Khomsan dan Briawan 2012).
Diperkirakan sekitar 25% asupan zat gizi berasal dari sarapan. Jika Angka Kecukupan Energi pada anak sekolah sekitar 1800-2050 kkal dan protein 45-50 g sehari, maka sebanyak 450-500 kkal dan 11-12 g protein sebaiknya berasal dari sarapan. Untuk selebihnya pemenuhan Angka Kecukupan Energi dan protein dilengkapi dari makan siang, makan malam, dan makanan selingan. Anak-anak usia 9-10,5 tahun dengan status gizi kurang yang tidak sarapan , maka kemampuan kognitifnya akan menurun (Simeon dan Grantham-McGregor (1989).
Sarapan, atau yang biasa disebut breakfast oleh orang bule haruslah menjadi aktivitas wajib di pagi hari, namun masih banyak orang yang sering melewatkan sarapan di pagi hari. Sarapan sangat penting bagi anak, berbagai manfaat akan diperoleh dengan melakukan sarapan sebelum beraktifitas. Disebut breakfast sendiri karena memang sarapan digunakan untuk menghentikan (break) aktivitas—mirip—puasa (fasting). Makanan di pagi hari yang kita konsumsi dapat mengembalikan energi yang telah diproses selama kita tidur di malam hari. 6-8 jam waktu yang kita gunakan untuk tidur cukup membakar hampir sepertiga dari energi kita. Pengembalian energi yang hilang adalah hak dari tubuh kita.
Banyak sudah yang menjelaskan tentang pentingnya sarapan. Hal tersebut memang benar—bukan hanya dari sisi teori. Pada praktiknya, telah banyak penelitian membuktikannya. Penelitian Zuckerbrot menekankan pentingnya sarapan yang dapat menurunkan berat badan. Menurut ahli gizi Amerika Serikat tersebut, sarapan pagi setelah perut kosong semalaman dapat meningkatkan metabolisme, yang artinya pembakaran kalori sepanjang hari menjadi lebih efisien. Manfaat lain dari sarapan adalah sarapan dapat meningkatkan kemampuan otak yang dibutuhkan untuk beraktivitas, dan menurunkan kadar lemak LDL (lemak jahat) dan kolesterol pada tubuh kita. Jadi, sarapan dapat mencegah risiko obesitas dan berbagai penyakit berbahaya bagi tubuh kita.
“Pemerintah Indonesia melalui Kemenkes telah lama peduli akan pentingnya sarapan (makan dan minum pagi) yang dibuktikan dengan adanya pesan sarapan pada salah satu pesan gizi seimbang Kemenkes sejak tahun 1994. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk Indonesia, terutanma anak sekolah yang tidak sarapan. Sehubungan dengan hal ini PERGIZI PANGAN Indonesia dan NESTLE pada bulan Juni lalu menyelenggarakan Simposium nasional Sarapan Sehat di Jakarta, yang salah satu rekomendasinya adalah perlunya Pekan Sarapan Nasional (PESAN) dalam meningkatkan kepedulian untuk membiasakan sarapan sebagai bagian dari syarat mewujudkan gizi seimbang. Pada Simposium tersebut juga PERGIZI PANGAN Indonesia melaunching Lomba Slogan dan Kampanye Sarapan Sehat. Tim UGM Yogyakarta yakni Kurniati Dwi Utami, Agil Dhiemitra Aulia Dewi, Anindhita Syahbi Syagata, dan Silvi Lailatul Mahfida di bantu dengan tim Lebah Ceria Community dan Ikatan Sarjana Gizi Indonesia (ISAGI) menyelenggarakan kegiatan kampanye yang berlansung selama bulan November dan Desember 2012 di masing-masing kota tersebut. Berangkat dari situlah, kampanye sarapan sehat di Yogyakarta diadakan.
Acara puncak yang diselenggarakan hari Minggu lalu mendapat animo yang cerkas dari masyarakat. Acara ini dihadiri kurang lebih 300 peserta dari Cangkringan dan Kali Code. Tidak hanya dari kedua desa, namun masyarakat sekitar pun turut antusias. Teman-teman mahasiswa dari berbagai jurusan pun ikut menyemarakkan acara, ada dari pertanian, psikologi, juga teknik. Acara puncak diselenggarakan mulai dari jam 8 hingga 12 siang dengan berbagai kegiatan antara lain pengukuran status gizi anak, mendongeng dan lomba mewarnai menggambar untuk anak, demo memasak dan lomba menghidangkan sarapan sehat untuk ibu, dan pemutaran film mengenai sarapan. Tak lupa, acara pun dimulai dengan sarapan bersama untuk ibu, anak, dan panitia. Kampanye ini berlangsung meriah dari awal hingga akhir.
Harapannya, kegiatan kampanye—yang notabene belum ada di Indonesia ini menjadi langkah awal atau inisiasi bagi masyarakat untuk membiasakan sarapan yang sehat.
Jadi, mulai harimu dengan sarapan karena sarapan itu penting, dan sehat ngga harus mahal.
Bravo Gizi Indonesia! 🙂